Usia Sudah Matang tapi Masih Melajang: Belum Dapat Jodoh atau Enggan Menjadi Dewasa?
TABLOIDBINTANG.COM - Banyak orang berusaha meraih level kehidupan yang lebih tinggi. Namun tidak jarang yang masih senang berkutat di tempat yang sama. Salah satunya, enggan serius dalam hal asmara dan memutuskan berumah tangga. Padahal dari segi usia, tugas perkembangan sudah menuntut kenaikan tingkat.
Seperti dikatakan Hurlock (Elizabeth B Hurlock-pakar teori perkembangan), bahwa untuk mereka yang memasuki usia 18-30 tahun, antara lain sudah seharusnya terikat dalam pernikahan, membentuk keluarga, bekerja, dan mengaktualisasikan diri.
“Jadi, jika Anda sudah memasuki usia ini (apalagi sudah melewatinya), tentu tidak ada alasan untuk tidak bergerak dan memutuskan menjalani itu semua,” buka Anggia Chrisanti, konselor dan terapis di Biro Konsultasi Psikologi Westaria.
Perlu diketahui, bahwa tugas perkembangan tidak pernah bisa dihilangkan atau dilewati. Ini akan lebih menyerupai “utang” yang jika tidak terbayar, hampir pasti memunculkan masalah-masalah lain. Selain itu, banyak juga di antara kita yang lebih memilih mencari 1.001 pembenaran untuk tidak melakukan apa yang sudah menjadi tugas perkembangan ketimbang fokus untuk mencapainya.
“Tentu saja, bukan berarti Anda menjadi ngoyo dan gelap mata dalam mengambil keputusan semata agar utang itu terlunasi. Namun bukan berarti mengabaikannya juga dan justru sibuk dengan membuat alibi pembenaran. Misal, yang belum mau menikah, maka membuat alibi sibuk bekerja,” terang Anggia. “Pada beberapa kasus, tidak mau menikah dengan membuat alibi sibuk mengurus orang tua,” tambahnya.
Mengapa pengabaian ini menjadi masalah, tidak lain karena kehidupan ini punya aturan keseimbangan atau equilibrium. Coba perhatikan orang-orang di sekitar Anda, atau mungkin Anda sendiri, yang sudah masuk usia dewasa dini (bahkan mungkin lebih), ketika tugas pada tahapan ini tidak atau belum tercapai, biasanya hampir pasti sering muncul keluhan-keluhan. Dijelaskan Anggia, keluhan yang mungkin muncul bisa berupa keluhan fisik (mudah sakit), keluhan psikis (mudah galau, mudah stres), keluhan perilaku (hura-hura, nongkrong, dan lain-lain).
“Tidak salah jika kita masih akrab dengan beberapa teman atau sahabat di masa lalu. Namun jika terlalu dekat dan terikat, bahkan untuk hal-hal sepele, itu bagian dari masalah perilaku dan tanda kedewasaan yang belum tercapai,” ujar Anggia. “Karena salah satu ciri kedewasaan adalah mandiri. Tidak tergantung, mampu berdiri sendiri, membuat kebahagiaan sendiri.”
Solusi mencapai level kehidupan yang lebih tinggi
Selalu ada jalan keluar dari setiap permasalahan. Dan tidak pernah ada kata terlambat, termasuk dalam hal ini. Tugas perkembangan, terutama untuk menikah dan berkeluarga, yang terlewat masih bisa dikejar dan diraih, kok. Lakukan secara efektif dengan langkah-langkah yang dipaparkan Anggia berikut ini.
1. Untuk Anda yang sudah atau bahkan melewati usia dini, baiknya lebih memperhatikan apa-apa saja tugas perkembangan yang seharusnya sudah tercapai atau terlewati.
2. Mengetahui, mengerti, dan memahami tugas perkembangan yang ingin diraih agar Anda bisa tahu pasti apa yang sudah dan apa yang belum tercapai. “Karena kita harus melakukannya secara efektif, jangan buang-buang waktu lagi,” ujar Anggia.
3. Jangan pernah menyepelekan. Apa-apa yang belum terlewati, maka itu harus menjadi fokus Anda.
4. Daripada menyibukkan diri mencari alibi dan pembenaran, sebaiknya segera sadari tentang kondisi sesungguhnya. Ini pun bagian dari tahap kedewasaan. Jangan terus berlari dan mencari pelarian.
5. Salah satu yang bisa Anda lakukan adalah jangan terlalu nyaman dengan kehidupan atau pertemanan yang selama ini menyamankan Anda atau yang membuat Anda terlena karena selalu ada pemakluman. Segera keluar dari zona nyaman Anda, dengar dan lihat apa yang sebenarnya terjadi. Walaupun menyakitkan, tapi ini akan lebi baik daripada terus hidup dalam lingkungan yang melakukan pembiaran.
6. Jangan ragu hubungi atau berkonsultasi kepada yang lebih ahli. Karena pada akhirnya, setiap masalah dalam hidup ini, kita sendirilah yang bertanggung jawab untuk menyelesaikannya.
(wida)